Penghormatan kepada Guru dalam usia 80 Tahun adalah sebuah dedikasi. Dari Buku Sampai lelang Dudukuy* yang dilelang. Saini KM adalah Oase yang tak akan habis menginspirasi.
SENI.CO.ID – Perhelatan 80 Tahun Saini KM disatukan dengan Dies Natlais 50Tahun ISBU Bandung. Sejumah pegelaran disajikan, Pertunjukan drama karya-karya Saini KM, Pembacaan dan pertunjukan puisi-puisi karya Saini KM, Penerbitan Buku, Pemberian Award tehadap Saini KM dan sejumlah kegiatan lainnya.
Ini hajatan ALUMNI ASTI/STSTI Kini ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) dan lembaga yang pernah Saini KM menjadi dosen dan DIrekturnya. Menggelar 80 Tahun Sastrawan Indonesia Saini KM adalah sebuah warna lain dan baru. Saini KM adalah sosok tanpa cela. Ia santun, ramah dan punya pola pikir jauh kedepan. Kekuatan Saini KM adalah karyanya kuat dengan pertimbangan tradisi (Sunda) namun membumi dalam konteks kekinian.
Saini KM adalag sosok panutan. Ia memiliki nilai kuat dalam sejarah dan peta sastra tanah air. Ia juga sosok birokrat yang visioner. Sosok Saini ibarat Hatta yang saya temukan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hatta santun cerdas dan satu kata dengan perbuatan. Saini KM adalah mirip Hatta di Politik, namun Saini KM ada di Sastra.
Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki ragam budaya dan banyak tokoh budaya dengan karyanya menjadi karya abadi. Saini KM adalah salah satunya yang patut kita banggakan dan menghargai nilai-nilai luhur karyanya untuk dijadikan satu peristiwa penting dalam setiap perjalanan seni budaya.
“SAINI KM MERUPAKAN SALAH SATU SOSOK YANG TIDAK BISA DILUPAKAN DALAM SEJARAH PEMAJUAN BUDAYA INDONESIA. BUDAYAWAN PRODUKTIF INI TELAH BANYAK MENULIS NASKAH DRAMA, PUISI, CERITA RAKYAT. NOVEL DAN ESAI,” UJAR HERMANA HMT KETUA PELAKSANA 80 TAHUN SASTRAWAN INDONESIA SAINI KM.
“Penghargaan terhadap dedikasi dan karyanya yang sudah memberi banyak kontribusi bagi dunia seni di tanah air,”jelasnya.
Tema besar kami, Saini KM: Guru, Humanis dan Inspirator diusung sabagai perhormatan pada Saini KM. Dengan tema ini pun kami mengingatkan bahwa Saini KM tidak semata melahirkan karya besar, dibalik itu ia juga seorang pendidik. Buah pikirannya banyak meinspirasi dan lewat tangannya terlahir seniman teater dan sastrawan besar yang sampai saat ini turut menghidupkan khazanah budaya Indonesia.
“Aura kesederhanaan terpancar dari sosok Saini KM menjadi suri tauladan bagi penggiat seni dan birokrat tempat ia mengabdi,”urai Hermana.
Saini KM adalah guru, humanis dan inspirator. Seorang tokoh budaya bangsa yang karyanya sudah mempunyai dan menjadi kekuatan juga memberikan banyak kontribusi bagi dunia seni di tanah air. Penulis Indonesia yang lahir di Sumedang, Jawa Barat, 16 Juni 1938 (tahun 1938 – 2018) saat ini berusia 80 tahun. Saini adalah lulusan Sastra Inggris IKIP Bandung tahun 1977 banyak menulis karya sastra naskah drama, puisi, novel, dan essai.
Dalam kegiatan Sastra dan Budaya, Saini KM pernah menjadi redaktur majalah Mangle, redaktur kebudayaan harian Harapan Rakyat (1967-1969), pengasuh ruang “PR Kecil” di harian Pikiran Rakyat Bandung, anggota Dewan Pertimbangan Kebudayaan Jawa Barat, dosen (kemudian Direktur: 1988-1991) Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung yang pada tahun 1978 membuka jurusan Teater atas prakarsanya dan didukung oleh Karna Yudibrata, Direktur ASTI saat itu), Direktur Jenderal Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta.
Di dunia politik Saini KM pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat. Sejumlah karya dramanya menang dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ. Pangeran Suntenjaya (1973), Ben Go Tun (1977), Egon (1978), Serikat Kacamata Hitam (1979), Sang Prabu (1981), Kerajaan Burung (drama anak, 1980, pemenang Sayembara Direktorat Kesenian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sebuah Rumah di Argentina (1980, pemenang Sayembara Badan Musyawarah Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa), Kalpataru (drama anak, 1981, pemenang Sayembara Direktorat Kesenian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Pangeran Geusan Ulun (drama, 1963), Siapa Bilang Saya Godot (drama, 1977), Restoran Anjing (drama, 1979), Panji Koming (drama, 1984), Syekh Siti Jenar (drama, 1986), Ken Arok (drama, 1985), Amat Jaga (drama, 1985),[2] Kumpulan Puisi Nyanyian Tanah Air (kumpulan puisi, 1968), Rumah Cermin (kumpulan puisi, 1979) Sepuluh Orang Utusan (kumpulan puisi, 1989), Nyanyian Tanah Air (kumpulan puisi, 2000, merupakan seleksi dari semua kumpulan puisinya yang sudah terbit maupun yang belum).
Prosa Puragabaya (novel, 1976), Cerita Rakyat Jawa Barat (diterbitkan oleh Grasindo, 1993) Berkas yang Hilang (diterbitkan oleh Aksara Indonesia, 2001)[3] Karya Non Fiksi Beberapa Gagasan Teater (kumpulan esai, 1981), Dramawan dan Karyanya (1985), Apresiasi Kesusastraan (buku teks, bersama Jakob Sumardjo, 1986) Antologi Apresiasi Sastra (1986; ed. Bersama Jakob Sumardjo), Protes Sosial dalam Sastra (kumpulan esai, 1986), Teater Modern Indonesia dan Beberapa Masalahnya (kumpulan esai tentang drama, 1987), Seni Teater 1-6 (1989-1990, ditulis bersama Ade Puspa dan Isdaryanto), Puisi dan Beberapa Masalahnya (1993, dihimpun oleh Agus R. Sarjono dari ruang “Pertemuan Kecil harian Pikiran Rakyat yang diasuhnya sejak 1979),
Karya Terjemahan Percakapan dengan Stalin (terjemahan karya Milovan Djilas, 1963), Bulan di Luar Penjara (terjemahan karya ks Ho Tji Minh, 1965)
Anugerah dan Penghargaan Hadiah Sayembara Penulisan Drama Anak-Anak Direktorat Kesenian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980 Hadiah Sayembara Penulisan Drama DKJ 1973, 1977, 1978, 1980, dan 1981 Hadiah Sayembara Bakom BKP-KB DKI Jakarta Raya 1980 dan 1981 Anugerah Sastra dari Yayasan Forum Sastra Bandung, 1995 Penghargaan Penulisan Karya Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1991 Penerima Hadiah Sastra Asia Tenggara 2001 (SEA Writte Awards 2001), Rujukan Rampan, Korrie (2000). Leksikon susastra Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, (Indonesia) Eneste, Pamusuk (2001).
Malam itu 7 Oktober 2018 saya saksikan di “80 Tahun Saini KM adalah yang berkesan Lelang “Dudukuy”. Dudukuy itu terlelang di angka 3,5 Juta yang dibeli oleh Imas yang dulu pernah menimba ilmu di Teater Angkatan 89 STSI (ISBI).
Ini membuat saya haru, meski kekuatan simbol sosok Saini bukan sekadar Dudukuy itu ada yang lain yaitu ia telah memberi banyak arti bahwa banyak pilihan dan jalan sebuah kekuatan menempuh apapun dalam setiap insan dan Saini KM adalah sebuah stimulus inspirasi bagi para siswanya.
Akhirnya gelar acara puncak 80 Tahun Saini KM di Kampus ISBI Bandung Jalan Buah Batu 212 Bandung yang memberikan makna kuat atas sajian itu selain ada buku 80 Tahun Saini KM sebagai buku Testimoni sejumlah tokoh kisah Lelang “Dudukuy” ini sebuah kiasan makna yang dalam.
– AME/SENI
*)yang di masyarakat Sunda dudukuy bisa Topi. Catatan Dudukuy menurut Ajip Rosidi, dalam 2000, Ensiklopedi Sunda, Alam, Manusa, dan Budaya termasuk Budaya Cirebon dan Betawi yang diterbitkan Pustaka Jaya). Dudukuy adalah istilah umum yang dipakai untuk sebutan untuk menutupi kepala supaya tidak kepanasan dan hujan).