SENI.CO.ID — Pameran Seni Lukis Aesthetic Sustainablility (keberlanjutan Estetika) yang berlangsung di PIB International Tabanan Bali mengejutkan. Bali yang dikenal kaya akan warisan budaya dan spiritualitas, yang sering mencerminkan keseimbangan harmoni antara manusia, alam, dan dunia spiritual. Sejumlah seniman seniman yang berpameran ini datang dari Jakarta Bandung dan Jabodetabek. Pameran berlangsaung 28-31 OKtober 2024, memang bersatu dengan acara CSRINDONSIAAWARDS2024
Konsep Aesthetic Sustainablility (keberlanjutan Estetika) merepon teman event CSR itu. Moment ini bisa dikaitkan dengan estetika berkelanjutan karena banyak karya seni tradisional umumnya menggunakan bahan-bahan alami dan teknik yang ramah lingkungan, sejalan dengan filosofi hidup berkelanjutan yang menghargai keseimbangan ekosistem.
Dalam seni rupa tanah air, estetika berkelanjutan dapat dilihat melalui penggunaan bahan-bahan alami seperti bambu, kayu, serat, serta pewarna dari tanaman. Selain itu, banyak karya seni yang diproduksi dalam kerangka ritual atau spiritual, yang sering kali menekankan hubungan antara manusia dan alam, seperti dalam bentuk patung, lukisan, atau dekorasi upacara. “Seniman cukup juga sering terinspirasi oleh lingkungan sekitarnya, menciptakan karya yang memancarkan rasa keterhubungan dengan alam dan komunitas. Saat ini, seni rupa kita juga beradaptasi dengan isu-isu modern seperti keberlanjutan. Banyak seniman kontemporer menggabungkan tradisi dengan inovasi untuk menciptakan karya yang mencerminkan kesadaran akan perubahan lingkungan dan tanggung jawab sosial,”ujar Kurator Pameran Aendra Medita.
Pameran yang diikuti oleh pelukis antara lain Andi Sopiandi (Bandung), AR Tanjung (Depok-Jakarta), Saepul Bahri (Jakarta), Iwhan Gimbal (Bekasi), Joko Kisworo (Jakarta), Tedy Osman (Bandung), I Made Bakti Wiyasa, I Nyoman Loka Suara, I Ketut Suwidarta, dan I Wayan Sunar Putra memang menarik. Pameran yang pajang anatar dua panggung Gedung Katulistwa PIB Bali.
Hal ini terlihat dalam eksplorasi teknik kakaryaannya luar biasa. Seniman yang berpameran ini kuat. Karya Joko Kisworo berjudul “Menguji Transisi 1” menarik, selain lepas mengekpresikan karyanya ia juga meracik karyanya berseri.
Pada Karya Andi tentang “Sunset di Tanah Lot” pelukis ini lepas merekam sunset dan memaknai pura di sekitarnya. Pada karya AR Tanjung merekam “Gadis Bali” yang berdekoratif Tanjung lebih berani pada warna dan kekuatan garis dan tarikannya. Pada karya Ghulam Gurat berjudul ‘Tari Pendet di Bawah Rembulan” lebeh membaca ruang alamnya. Karya Saepul Bahri “Bebarengan” semi surealis namun penuh pesona. Karya Iwhan Gimbal “Goro-Goro” yang ambil realitas dunia pewayangan menarik karena elemen yang di ambil jadi bahan waktu ke kinian. Karya I Made Bakti Wiyasa juga memberikan warna khas seniman Bali, Pun demikian karya I Nyoman Loka Suara, I Ketut Suwidarta, dan I Wayan Sunar Putra
Antara seniman dan inisiatif keberlanjutan juga mulai berkembang, dengan berbagai proyek yang mendukung pemanfaatan sumber digali dari daya lokal dan prinsip-prinsip ramah lingkungan dalam produksi seni.
Estetika berkelanjutan dalam konteks seni rupa Bali tidak hanya merayakan keindahan, tetapi juga mengusung pesan yang kuat tentang pentingnya menjaga harmoni antara manusia, budaya, dan alam. Paling tidak pameran sebagai pendukung CSRINDONSIAAWARDS2024 memberi warna lain di sebuah event yang tak biasa. (r/y-SN)
Sponsor