Cermin Hakekat Lukisan Cat Air Indonesia–Malaysia di Eksplorasi penuh Ke-Sublim-an
AENDRA MEDITA, Kurator & Pemimpin Redaksi SENI.CO.ID
Dunia Seni Lukis di Asean memberikan kekuatan yang luar biasa. Hubungan dua negara antara Indonesia–Malaysia merepresentasikan dinamika yang penuh refleksi makna lebih. Ada juga nilai reaktif, kreatif dan penuh kolaboratif.
Bergairahnya dunia seni lukis dua negara menjadi tanda penting diplomasi sekaligus bisa dimaknai pertukaran simbolistik ruang diplomasi Indonesia–Malaysia.
Dunia seni lukis, dunua negara ini dengan media lukia cat air (watercolor) hadir sebagai Kolaborasi yang sublimasi.
Bertajuk besar “Kolaborasi Bali Malaysia Watercolor Art Exhibition 2024” yang menampilkan karya lukis watercolor masing-masing pelukis. tak lepas dari historis.
Seni lukis cat air memiliki sejarah panjang yang melintasi berbagai budaya dan benua. Medium ini telah digunakan sejak zaman kuno dan berkembang menjadi bentuk seni yang kompleks dan dihormati di dunia seni rupa. Berikut adalah garis besar sejarah seni lukis cat air dunia:
Sejarah & Asal-Usul
Mesir Kuno dan Cina: Penggunaan media pigmen cair yang menyerupai cat air sudah sejak zaman Mesir Kuno (kira-kira 3000 SM) untuk lukisan pada papirus dan di dinding makam. Di Cina, teknik cat air sudah digunakan pada masa Dinasti Tang (618–907 M) dan terus berkembang di Jepang, di mana cat air menjadi dasar dari seni lukis tradisional Asia Timur.
Pada perkembangan lanjutan Pigmen Alami: Bangsa Yunani dan Romawi memakai pigmen alami yang dicampur dengan air untuk melukis fresko, tetapi teknik ini berbeda dari seni lukis cat air karena fresko diterapkan pada plaster basah. Fresko berasal dari frasa Italia buon fresco yang berarti “selagi basah”. Pigmen yang ditimpakan di atas plaster basah akan melekat sangat kuat sehingga hasil karya bisa dinikmati berpuluh tahun.
Teknik melukis Fresko adalah cara melukis pada dinding dengan menimpakan pigmen pada plaster dinding yang baru dilapisi. Kemudian definisi ini sedikit berubah karena Leonardo da Vinci memperkenalkan teknik baru dengan menimpakan pigmen warna kepada lapisan yang telah kering dengan sedikit modifikasi.
Masuk ke Zaman Pertengahan dan Renaisans dimana pada Abad Pertengahan, seniman Eropa menggunakan pigmen berbasis air dalam naskah miniatur dan iluminasi pada kitab-kitab suci. Teknik ini memerlukan presisi dan detail tinggi, dan sebagian besar diterapkan pada kertas atau vellum.
Renaisans, masa ini teknik cat air mulai berkembang di Eropa, berkat seniman seperti Albrecht Dürer dari Jerman (1471–1528) yang mengembangkan cat air sebagai medium independen. Dürer menggunakan cat air untuk menggambarkan lanskap, flora, dan fauna, menjadikannya salah satu seniman Eropa pertama yang mengeksplorasi potensi penuh medium ini.
Pada Abad Ke-18 dan Ke-19: Masa Keemasan Cat Air di Inggris menjadi sangat populer di Inggris pada abad ke-18 dan 19, di mana ia digunakan secara luas oleh seniman lanskap dan ilmuwan. Pada masa ini, Joseph Mallord William Turner membawa seni cat air ke tingkat yang baru dengan karya-karyanya yang dramatis dan penuh emosi. Selain tumbuh perkembangan alat-alat yang pada masa ini, cat air dijual dalam bentuk padat atau tabung, yang membuatnya lebih mudah diakses dan praktis untuk seniman, terutama dalam membuat sketsa alam terbuka (plein air).
Sebuah sekolah bernama British School of Watercolor bnetukan Turner ada seniman seperti Thomas Girtin dan John Constable memperkenalkan teknik baru dalam cat air, seperti teknik basah-basah (wet-on-wet) untuk menciptakan efek yang halus dan atmosferik.
Masuk Abad Ke-19 dan Awal Abad Ke-20 perkembangan Global dan pada pada abad ke-19, ini seni lukis cat air menyebar ke Amerika Serikat. Di sana, seniman seperti Winslow Homer menggunakan cat air untuk menangkap pemandangan laut dan kehidupan pedesaan Amerika dengan cara yang kuat dan nyata.
Masuknya seni lukis mempengaruhi di Jepang, Pada waktu yang hampir bersamaan, Jepang juga mengembangkan gaya lukisan ukiyo-e (gambar dunia yang mengambang), yang dipengaruhi oleh seni cat air dan cetakan kayu. Seniman seperti Hokusai dan Hiroshige menciptakan karya ikonik yang mempengaruhi seniman Barat.
Pada abad 20, Eksperimen dan Inovasi
Perkembnagan ini seniman seperti John Singer Sargent dan Georgia O’Keeffe mulai bereksperimen dengan cat air, menjadikannya medium ekspresif untuk mengeksplorasi warna dan bentuk. Aliran Abstrak dalam Seni cat air juga diadopsi oleh seniman abstrak seperti Wassily Kandinsky dan Paul Klee, yang menjadikannya bagian dari gerakan modernisme dan abstraksi.
Di Asia, seniman Jepang dan Cina terus mempopulerkan cat air dengan tradisi yang kaya, sekaligus mengeksplorasi pendekatan modern. Di India, seni cat air berkembang pesat dalam gerakan Bengal School of Art.
Perkembangan Kontemporer
Saat ini, cat air tidak hanya dipandang sebagai media tradisional tetapi juga sebagai medium yang fleksibel untuk berbagai gaya. Cat air kini digunakan untuk seni figuratif, abstrak, ilustrasi, desain grafis, hingga seni instalasi. Masuk pada periode Digital, dimana era digital, seni cat air bahkan diadaptasi dalam bentuk digital, memungkinkan efek cat air diterapkan dalam perangkat lunak desain grafis. Jika kita Seni lukis cat air telah berkembang dari sekadar medium ilustratif dan dokumentatif menjadi salah satu bentuk seni rupa yang dihargai di seluruh dunia. Fleksibilitas dan kehalusan medium ini terus menginspirasi seniman untuk bereksperimen, menjadikannya medium yang abadi dan terus berkembang akan masuk dalam seiring waktu.
***
Kisah Indonesia – Malaysia
Seni lukis cat air di Indonesia memiliki sejarah panjang yang berkembang seiring dengan pengaruh budaya lokal, kolonial, dan modernisasi. Perkembangan seni lukis cat air di Indonesi dimulai periode Awal dan Pengaruh Kolonial (Abad Ke-18 hingga Awal Abad Ke-20). Seni lukis cat air mulai diperkenalkan di Indonesia oleh seniman dan pegawai kolonial Belanda. Mereka menggunakan medium ini untuk merekam pemandangan alam, kehidupan sehari-hari, dan budaya lokal di Hindia Belanda.
Lukisan-lukisan cat air mereka umumnya bersifat dokumentatif dan berfungsi sebagai catatan visual untuk memperkenalkan “eksotisme” Indonesia kepada orang-orang di Eropa. Pada masa ini, seniman Belanda seperti Johannes Rach dan Raden Saleh (meskipun lebih dikenal dengan lukisan minyaknya) turut memperkenalkan seni cat air dalam karya-karya mereka.
Awal Abad Ke-20: Pionir Seni Lukis Indonesia seniman Indonesia mulai mempelajari teknik cat air. Salah satu pelopor seni lukis modern Indonesia, Abdul Salam, menciptakan banyak karya cat air yang menggambarkan keindahan alam Indonesia. Ada Basuki Abdullah dan Affandi juga sempat bereksperimen dengan cat air. Affandi, misalnya, menggunakan teknik yang ekspresif dan unik dalam mengaplikasikan cat air, menggambarkan pemandangan alam dan manusia dengan energi dan ekspresi yang khas.
Pada Era Kemerdekaan dan Perkembangan Nasionalisme (1940-an–1960-an) bisa dirunut setelah kemerdekaan, seni lukis Indonesia memasuki era baru di mana cat air digunakan untuk menggambarkan tema nasionalisme dan kehidupan masyarakat. Seniman menggunakan medium ini untuk menciptakan karya-karya yang mencerminkan semangat kemerdekaan dan jati diri bangsa. Nama S. Sudjojono, salah satu tokoh seni rupa modern Indonesia, juga mengeksplorasi cat air untuk menciptakan karya yang realistis dan penuh emosi, dengan subjek yang berfokus pada kehidupan rakyat Indonesia. Sudjojono menggunakan cat air untuk menangkap suasana dan semangat bangsa yang sedang berjuang membangun identitasnya.
Pada Tahun 1970-an hingga 1990-an masuk Eksplorasi Gaya dan Teknik yang kuat. Pada periode ini, seni lukis cat air semakin berkembang. Banyak seniman bereksperimen dengan gaya dan teknik baru, termasuk teknik basah-basah (wet-on-wet) dan teknik kering (dry brush), yang memungkinkan variasi tekstur dan efek transparansi yang lebih halus.
Seniman seperti Aming Prayitno dan Widayat mulai menonjol sebagai seniman cat air Indonesia. Aming Prayitno, misalnya, menciptakan karya cat air dengan gaya realis yang sangat detail, terutama dalam menggambarkan lanskap alam dan aktivitas masyarakat Indonesia.
Lantas masuk Era Kontemporer ini ekspresi dan tema baru muncul (2000-an hingga Sekarang). Di era kontemporer, seni lukis cat air di Indonesia berkembang ke arah yang lebih modern, dengan seniman-seniman muda menggunakannya untuk menyampaikan tema-tema sosial, urban, dan lingkungan. Cat air tidak lagi hanya digunakan untuk lukisan naturalis, tetapi juga untuk karya abstrak dan figuratif. Nama Dullah, seorang seniman kontemporer, menggunakan cat air untuk menciptakan lukisan-lukisan yang penuh warna dan lebih dekoratif, menampilkan perpaduan antara seni tradisional dan modern.
Sementara itu, seniman muda juga mulai menggabungkan teknik cat air dengan media lain, menciptakan seni campuran yang lebih bebas dan eksperimental.
Pengaruh Komunitas dan Pendidikan Seni di Indonesia berperan besar dalam mengembangkan seni lukis cat air. Sekolah-sekolah seni seperti Institut Seni Indonesia (ISI) di Yogyakarta dan Bandung Institute of Technology (ITB) mendidik banyak seniman yang kemudian berkarya menggunakan cat air sebagai medium mereka. Selain itu Festival seni dan pameran yang menampilkan karya cat air turut mendorong perkembangan medium ini di Indonesia, menjadikannya lebih dikenal dan dihargai oleh masyarakat luas.
Internasional dan Pengakuan Dunia
Banyak seniman cat air Indonesia yang telah diakui di kancah internasional. Mereka mengikuti pameran di luar negeri dan memenangkan penghargaan, membawa seni lukis cat air Indonesia ke tingkat global. Melalui pameran internasional, seniman-seniman Indonesia menampilkan keindahan alam, keragaman budaya, dan identitas Indonesia kepada penonton dunia, memperluas apresiasi terhadap seni lukis cat air Indonesia. Seni lukis cat air di Indonesia mencerminkan perjalanan panjang dan dinamis yang dipengaruhi oleh berbagai budaya dan sejarah bangsa. Dengan pengaruh dari seniman-seniman kolonial hingga modern, seni cat air di Indonesia telah berkembang menjadi medium yang unik dan ekspresif yang mampu mencerminkan jati diri, budaya, dan keindahan alam Indonesia.
Seni Lukis Cat Air Malaysia
Dari sejumlah sumber, sejarah seni lukis cat air di Malaysia erat kaitannya dengan perkembangan budaya, pengaruh kolonial dan pertumbuhan saat itu serta pencarian identitas nasional dalam seni. Garis besar sejarah dan perkembangan seni lukis cat air di Malaysia pada Periode Awal: Pengaruh Seni Tradisional Melayu, sebelum pengaruh Barat datang, seni di Malaysia banyak berkembang dalam bentuk seni tradisional seperti ukiran kayu, batik, dan seni kaligrafi yang dipengaruhi oleh agama Islam. Cat air sebagai media seni rupa belum banyak digunakan, terutama karena lebih dominan ke arah seni dekoratif dan seni kerajinan.
Pengaruh Kolonial Inggris (Abad Ke-18 hingga Awal Abad Ke-20) Seni lukis cat air mulai dikenal di Malaysia pada masa kolonial, ketika Inggris membawa serta pengaruh seni Barat ke wilayah tersebut. Para pegawai kolonial dan wisatawan Eropa sering menggunakan cat air untuk menggambarkan pemandangan alam dan kehidupan sehari-hari di Tanah Melayu.
Banyak karya pada masa ini bersifat dokumentatif, menggambarkan pemandangan alam tropis, arsitektur, dan budaya setempat untuk diperlihatkan kepada masyarakat Eropa sebagai gambaran eksotisme Timur.
Munculnya Seniman Lokal dan Kebangkitan Seni Lukis Malaysia (1930-an–1950-an) yaitu pertengahan abad ke-20, seniman lokal mulai tertarik pada medium cat air dan menggunakannya untuk mengeksplorasi lanskap serta budaya lokal. Yong Mun Sen adalah salah satu pelopor seni cat air di Malaysia yang dikenal dengan karya lanskap dan pemandangan kehidupan lokalnya. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh penting dalam memperkenalkan dan mempopulerkan seni lukis cat air di Malaysia. Gaya Yong Mun Sen dan seniman lainnya pada masa ini cenderung menggambarkan pemandangan alam dengan detail, dengan gaya yang lebih naturalis dan dipengaruhi oleh seni Barat, namun tetap dengan nuansa lokal.
Era Pasca-Merdeka dan Pencarian Identitas Nasional (1960-an–1980-an) yaitu Setelah kemerdekaan pada 1957, seni Malaysia mulai berfokus pada pencarian identitas nasional. Cat air tetap menjadi medium yang penting, tetapi seniman mulai memasukkan elemen budaya lokal dan tradisi Melayu yang lebih kental.
Nama Abdul Latiff Mohidin, salah satu seniman terkenal pada era ini, menggabungkan elemen-elemen budaya Melayu dan bentuk-bentuk alam dalam karyanya. Meskipun ia lebih dikenal dengan teknik lain, pengaruhnya dalam perkembangan seni rupa Malaysia juga menginspirasi seniman cat air.
Seni cat air juga mulai digunakan untuk menggambarkan isu-isu sosial, tema identitas, dan kritik terhadap modernisasi dan globalisasi dan masuk Perkembangan Seni Kontemporer (1990-an hingga Sekarang). Pada era ini, seniman cat air Malaysia semakin bebas mengeksplorasi tema, gaya, dan teknik. Seni cat air tidak lagi terbatas pada lukisan lanskap atau budaya tradisional, tetapi juga digunakan dalam gaya yang lebih modern dan abstrak.
Seniman kontemporer seperti Chang Fee Ming dikenal secara internasional atas karya cat airnya yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di Asia Tenggara. Dengan gaya realis yang detail, Chang Fee Ming memperlihatkan keindahan tekstur, warna, dan kehidupan lokal, menjadikannya salah satu seniman Malaysia yang diakui secara global.
Ilustrasi dan Seni Urban
Banyak seniman muda Malaysia juga menggunakan cat air dalam ilustrasi dan seni urban, menggambarkan kehidupan perkotaan modern dengan gaya yang lebih segar dan kontemporer. Peran Galeri dan Lembaga Seni menjadi kuat, munculnya Pameran dan galeri seni, seperti Balai Seni Lukis Negara (National Art Gallery) di Kuala Lumpur, berperan penting dalam mendukung perkembangan seni cat air. Institusi ini kerap mengadakan pameran yang menampilkan karya seniman cat air, baik klasik maupun kontemporer.
Lembaga seni juga memberikan penghargaan dan dukungan bagi seniman cat air, mempromosikan seni ini di tingkat nasional dan internasional. Kesimpulan Seni lukis cat air di Malaysia memiliki perkembangan yang unik, mulai dari pengaruh kolonial hingga menjadi medium ekspresi budaya lokal dan kontemporer.
Seniman-seniman Malaysia terus mengeksplorasi cat air sebagai alat untuk menyampaikan cerita, identitas, dan kehidupan masyarakat, menjadikannya bagian penting dari lanskap seni rupa nasional Malaysia.
Dalam tulisan ini saya hanya mengantas ini “Muhibah Seni Cat Air Indonesia -Malaysia” adalah istilah yang merujuk pada inisiatif atau kegiatan seni kolaboratif yang melibatkan seniman dari dua negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations).
Paling tidak program muhibah seni ini berupaya memperkuat hubungan antarbudaya, mempererat persahabatan, dan meningkatkan apresiasi serta pemahaman akan keragaman seni dan budaya di wilayah tersebut mendorong terciptanya keharmonisan di kawasan yang multikultural yang jadi program ini memungkinkan seniman untuk berbagi pengalaman, teknik, dan gagasan, sekaligus mengenalkan elemen budaya khas masing-masing negara.
Melalui kolaborasi ini, seniman muda mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan lintas budaya yang menginspirasi dan meningkatkan kualitas seni mereka.
Dengan sering berkolaborasi dalam menyelenggarakan program muhibah ini, memastikan program berjalan dengan lancar dan mencapai audiens yang lebih luas.
Dan akhirnya saling menghargai budaya masing-masing lewat Seni lukis air (watercolor) di Malaysia dan Indonesia (Bali) memiliki karakteristik unik yang mencerminkan budaya dan lanskap masing-masing, meskipun keduanya menggunakan teknik yang serupa dengan cat air.
Gaya dan Motif dimana Malaysia: Karya seni Malaysia sering menampilkan elemen tradisional seperti flora dan fauna lokal, pemandangan desa Melayu, dan bangunan ikonik seperti masjid. Ada juga pengaruh budaya Melayu, India, dan Tionghoa yang kaya, yang kadang-kadang tercermin dalam pola hias dan komposisi yang lebih abstrak atau simbolis.
Sedang Indonesia (Bali) Seni lukis Bali lebih sering memusatkan pada elemen spiritual dan cerita mitologi Hindu Bali, seperti dewa-dewa, cerita Ramayana dan Mahabharata, serta tarian dan upacara adat. Lukisan Bali sering kali penuh detail dengan warna-warna cerah yang mencerminkan kekayaan budaya dan ritual keagamaan mereka.
Pengaruh Budaya Malaysia: Selain pengaruh Melayu, seni lukis Malaysia mencerminkan perpaduan budaya Asia Tenggara dan dunia Islam. Motif geometris dan desain bunga yang umum dalam seni Islam sering muncul di latar dan ornamen lukisan. Bali: Karya Bali kental dengan pengaruh Hindu Bali, yang berbeda dari bagian lain Indonesia. Seni Bali sering berfokus pada keseimbangan alam dan spiritual, yang mencerminkan filosofi hidup masyarakat Bali.
Warna dan Ekspresi
Malaysia: Warna-warna dalam lukisan cat air Malaysia cenderung lembut dengan gradasi yang halus, menciptakan suasana yang tenang dan natural. Sering kali, ada lebih banyak fokus pada realisme atau impresi daripada detail dekoratif.
Bali: Warna dalam lukisan Bali biasanya lebih cerah, kaya, dan mencolok. Penggunaan warna yang lebih berani ini dimaksudkan untuk menangkap energi dan semangat ritual serta alam Bali, seperti hutan tropis, sawah, dan laut. Perbedaan ini mencerminkan keragaman budaya serta pandangan masyarakat terhadap alam dan spiritualitas, yang pada akhirnya menghasilkan karakteristik visual yang berbeda dalam seni lukis air Malaysia dan Bali.
Selamat Perupa Bali (Indonesia) dan perupa Malaysia satu gagasan berbahasa secara visual dalam pameran ini yang merupakan harmoni yang sublim masuk dalam dua kekayaan bahasa dua bangsa yang sesuai karakter para perupa dalam mengekspresikan cat air di ruang pameran Bakti Wiyasa Art Gallery Tabanan Bali yang menampilkan karya-karya perupa Bali Ngurah Darma, I Made Sutarjaya, Moelyoto, Irwan Wijayanto, Mangku Mahendra, Nyoman Wijaya, Krisnha Aditya, lantas ada yang merupakan nama-nama yang lekat dengan karya cat air di Indonesia Inovasi dan ekplorasi cara ungkap cat air yang menarik diterapkan perupa Tommy F Awuy, I Wayan Sudarna Putra, Bagus Sastra, Nyoman Loka Suara, Romi Sukadana, Gede Sukana, dan Darmo.
Sementara para perupa dari Malaysia pula dengan pengalaman yang matang menghadirkan adalah Alina Hermeney, Gunasegar MKK Olakanathan, Jenny Lim Mei Ling, Abby Lo (Lo Peik Sim), Adelynn Chan Yoke Nam, Amanda Vashti Leonard, Chloe Ong, Freda Lim, Jacob Lee Chor Kok, Katherine Chia, Liew Lee Shah, Lilian Lo Wei Chui, Liviana Lvy, Mabel Lim, Ng Chiao Ling, Pragya Agarwal, Sathi Koka, Theresa Wong, Wong Hoe Sin.
Selamat Kolaborasi Bali Malaysia International Watercolor Art Exhibition 2024. di ruang Bakti Wiyasa Art Gallery dusun Pemanis, desa Biaung, Penebel, Tabanan Bali. (S)***