Beasiswa untuk Musisi Klasik Kuliah di Australia dari Ananda Sukarlan Award
DI Hari Musik Nasional tahun ini, 9 Maret yang lalu, komponis Ananda Sukarlan menayangkan kabar membahagiakan di website kantornya, http://www. anandasukarlancenter.com. Intinya, Australian Institute of Music (AIM) akan memberi beasiswa untuk kuliah musik di kampusnya bagi dua pemenang Ananda Sukarlan Award tahun ini.
Sang pemenang pun bisa memilih untuk kuliah di kampus AIM di Sydney atau Melbourne, bisa mulai tahun ajaran 2025 atau 2026. Sedangkan beasiswa untuk kursus musim panas ke Perancis dari Institut Francais d’Indonesie pun masih tetap berjalan, untuk pemenang utama, seperti yang telah dijalankan sejak 2014. Pemenang 2025 akan dikirim ke Perancis Juli 2026 mendatang.
Beasiswa dari Australia itu adalah untuk untuk studi S1 (Bachelor of Music) atau S2 (Master of Music). Pemenang pertama mendapatkan $7500.00 (AUD) dan pemenang kedua $5000.00 (AUD) sebagai uang sekolah. Syaratnya, pemenang harus di atas 17 tahun saat ia memulai kuliahnya. Jadi, kategori Young Artist pun bisa mendapatkan beasiswa ini, bukan hanya kategori Profesional.
Seperti kita ketahui, ASA adalah kompetisi musik klasik paling prestisius dan paling tangguh di Indonesia untuk semua instrumen serta vokal klasik (tembang puitik).
Ini dibuktikan dengan para pemenang edisi lalu yang secara karir dan akademik sukses di mancanegara: pianis Anthony Hartono, Calvin Abdiel Tambunan, Dr. Edith Widayani, vokalis Isyana Sarasvati, Mariska Setiawan dan tahun ini Ayunia Indri Saputro meraih kelar Doctor of Music juga dari University of Michigan.
Tentang beasiswa ini kemudian diulas di website KITA Anak Negeri secara lebih mendalam :
https://kitaanaknegeri.com/ beasiswa-kuliah-untuk-dua- pemenang-ananda-sukarlan- award-2025-dari-australian- institute-of-music/
Redaksi Seni.co.id menyempatkan berbincang-bincang dengan sang pianis yang tahun 2023 dianugerahi penghargaan warga sipil tertinggi dari Kerajaan Spanyol, Ordo Kerajaan Isabella Katolik (Real Orden de Isabel la Católica). Sebelumnya pada 2020, lulusan Canisius College High School Jakarta tahun 1986 dan Koninklijk Conservatorium (Royal Conservatory of Music) di Den Haag, Belanda dengan gelar Summa Cum Laude ini pernah dianugerahi gelar kebangsawanan “Cavaliere Ordine della Stella d’Italia” oleh Presiden Italia, Sergio Mattarella.Redaksi seni.co.id (SENI) : Apa tujuan beasiswa dari Australian Institute of Music ini?
Ananda Sukarlan (AS) : Lho ya sudah jelas. Supaya si pemenang yang sudah terbukti kemampuan, kecerdasan dan bakat musiknya bisa melanjutkan kuliah, supaya menambah dan memperluas pengetahuan musik, ketrampilan bermain instrumen. Kita tidak bisa mengandalkan pemerintah setempat untuk pendidikan ini, katanya semua dipangkas demi efisiensi, dan saya bukan tipe orang yang ngomel dan ngedumel saja. Kan katanya jangan tanya apa yang negara telah berikan kepadamu, tapi apa yang kau berikan ke negara. Nah saya juga tidak tanya, karena memang tidak diberi apa-apa : uang sekolah di dalam negeri mahal sekali, kualitas pendidikan ya begitu deh, bahkan di salah satu universitas yang besar, tesis doktoral yang sudah ketahuan palsu pun aman-aman saja. Indonesia gelap? Ya nyalain lampu dong, tapi ya di kamar kita sendiri aja. Yang penting musik klasik di generasi Z dan gen alpha nya jangan gelap. Saya juga tidak niat memberi ke negara, saya cuma niat memajukan musik klasik saja. Saya mah bukan patriot, bukan nasionalis, beda dengan pejabat-pejabat itu.
SENI : Setelah lulus kuliah di Australia, apa yang bisa diharapkan dari mereka?
AS : Saran saya sih, jangan balik ke Indonesia untuk sementara. Berkarir lah di luar, paling mudah ya di Australia ya, seperti saya dulu ‘nyangkut’ di Belanda setelah kuliah. Kuliah itu bukan hanya untuk menimba ilmu, tapi beradaptasi dengan budaya dan cara hidup lokal untuk mempersiapkan karir masa datang, sambil menemukan identitas dan jati diri. Memang beasiswa ini tidak ada “ikatan dinas”, tapi saya lihat lahan di Indonesia masih belum subur untuk hidup, berkarya dan berkontribusi kepada masyarakat sebagai musikus klasik. Contohnya ya dua alumni Australian Institute of Music beberapa tahun terakhir : Aurell Marcella, pemain biola yang telah lulus menjadi anggota G20 Orchestra saat Indonesia menjadi tuan rumah Konperensi G20 tahun 2022. Selain itu ada pianis Novita Jap yang pernah menjadi finalis Ananda Sukarlan Award sebelum kuliah, jadi sudah kelihatan potensi besarnya saat itu. Mereka kini tinggal dan berkarir di Sydney.
SENI : Bisa jelaskan soal Golden Ticket to Ananda Sukarlan Award yang anda berikan kepada beberapa pemenang Kompetisi Piano Nusantara Plus 2024 lalu?
AS : Jadi, ada beberapa pemenang KPN+ yang berhak bertanding langsung di babak final ASA 12-13 Juli nanti. Nah, sistem pengkategorian ASA 2025 dengan KPN+ 2024 itu berbeda, makanya usia dini di KPN+ 2024 masih tidak bisa ikut ASA. Memang KPN+ itu kan didesain lebih mudah, lebih “ramah” sehingga untuk ajang anak-anak yang bahkan belum pernah ikut kompetisi bisa ikut sebagai pengalaman pertama. Tujuannya kan memang untuk memberi pengalaman pertama dan menyemangati untuk ikut kompetisi selanjutnya, dan semoga pengalaman pertama ini, walaupun menegangkan, juga menyenangkan! Bisa dibilang, KPN+ adalah kompetisi musik klasik yang paling “mudah” di Indonesia, dan ASA justru yang paling “berat”. Jadi mereka yang mendapatkan golden ticket harus menyesuaikan kategorinya nanti di ASA 2025. O ya, ada sedikit modifikasi di KPN+ tahun 2025 ini, misalnya ada kategori junior dan senior untuk Tembang Puitik.
SENI : Bagaimana dengan hadiah untuk pemenang ASA lainnya?
AS : Kami tidak memberikan uang tunai, tapi semua adalah beasiswa. Misalnya, September nanti akan ada 3 musisi klasik yang datang dari Perancis, para pemenang ASA lainnya kami beri beasiswa untuk bisa masterclasses gratis dengan mereka. Selain itu kami mendapatkan tawaran dari beberapa institusi dan perusahaan swasta yang sedang kami pelajari, dan akan kami umumkan segera.
SENI : Apakah publik bisa menikmati pagelaran para pemenang ASA edisi sebelumnya, dan kapan?
AS : Tanggal 24 Mei nanti, kami bekerjasama dengan Yamaha akan menyelenggarakan konser dengan para pemenang ASA dan juga Kompetisi Piano Nusantara Plus yang mendapatkan Golden Ticket ke final ASA. Pemenang ASA edisi sebelumnya yaitu dua pianis remaja Abigail Zoe Wang dan juga Callista Kertalesmana, sedangkan pemenang KPN+ yang akan bertanding di ASA Juli nanti adalah soprano Fae Bernice Robin, yang juga adalah Puteri Anak Indonesia Pendidikan 2023 dari Palembang. Kalau anda google tiga nama itu, anda bisa lihat berbagai prestasi mereka di usia yang sangat muda. Catat tanggalnya ya dan saksikan mereka bertiga, dengan saya juga tampil, selain bermain piano juga memperkenalkan mereka tentu saja.
SENI : Apa anda akan memberikan masterclasses atau acara pendidikan yang terbuka untuk umum minggu-minggu ini? Ini penting untuk membimbing para calon peserta ASA memilih repertoire serta bagaimana mempersiapkannya.
AS : Yang paling segera adalah hari Minggu, 13 April di studio Piano and Co. di bilangan Kedoya (pimpinan pianis Angelica Liviana). Reservasi terbatas, silakan hubungi WhatsApp 0819 0125 1289 atau Instagram @pianoandco_ .
Repertoire untuk peserta ASA didesain supaya cukup beragam biar yang menonton juga tidak bosan dengan musik yang ‘itu-itu’ saja, tapi harus menunjukkan identitas ke-Indonesiaan yang kuat. Peserta bisa menggunakan berbagai nomor Rapsodia Nusantara yang berdasarkan lagu-lagu daerah Indonesia, atau lagu-lagu nasionalis dari Alfred & Cornel Simanjuntak, Ismail Marzuki, atau lagu anak-anak lama karya AT Mahmud atau Ibu Soed, selain karya musik klasik “Barat” seperti Chopin, Rachmaninov dsb.
Saya menganjurkan para peserta — terutama yang lolos ke final karena harus tampil di depan publik — untuk melakukan ‘try out performance’ dulu beberapa hari atau minggu sebelum tampil. Ini artinya tampil untuk teman-teman atau keluarga, atau ikut di konser-konser siswa sekolah musiknya. Jadi dia bisa merasakan struktur musiknya dari depan sampai akhir, bagaimana ia menyampaikannya ke publik. Memainkannya sendirian atau di tempat les hanya untuk guru itu rasanya beda sekali dengan main untuk publik, sekecil apapun.
O ya, kami menyediakan pianis pendamping / kolaboratif yang oficial untuk para peserta vokal atau instrumen lain yang membutuhkan, yaitu Elizabeth Michelle Heryawan dan Angelica Liviana. Tentu kalau para instrumentalis / vokalis sudah memiliki pianis sendiri yang sudah lama bekerjasama, lebih baik, ‘chemistry’nya juga semoga lebih oke. Pianis pendamping ini penting, mereka tidak boleh ‘asal mengiringi’ saja karena mereka sangat mendukung penampilan peserta, baik dari segi karakter musik maupun kebebasan berekspresi.
Demikian perbincanagan kami dengan Ananda Sukarlan. Sekedar info, para pemenang Kompetisi Piano Nusantara Plus yang mendapatkan Golden Ticket ke ASA 2025 :
PIANO :
Chiara Kertalesmana
Rachel Charlotte Gunawan
Easton Soetemo
Jeane Halim
Rafaella Kirana Kamarga
Danita Nauli Sammara Siregar
Reynard Jeremy Chandra
Hananiah Agabe Manondangi Sagala
BIOLA : Veeshan Nathaniel Tandino
VOKAL / TEMBANG PUITIK :
Wirawan Cuanda
Ratnaganadi Paramita
Achmad Akbar Rifanda
Freya Murti Pramudita
Aurelia Vicci Abigail Hutajulu
Fae Bernice Robin
Perlu disampaikan juga bahwa tanggal akhir untuk pendaftaran dan pengunggahan video di YouTube untuk ASA 2025 pun diundur untuk memberi waktu persiapan lebih untuk para peserta. Yang awalnnya ditutup 30 April 2025, sekarang diundur ke tanggal 11 Mei 2025.
untuk info lebih lengkapnya silakan klik http://www. anandasukarlancenter.com
(red/SENI/aen)
Sponsor