Home AGENDA Ada Silatnas Joglo untuk NTB: Silaturahmi, Pembangunan dan Pelestarian Budaya

Ada Silatnas Joglo untuk NTB: Silaturahmi, Pembangunan dan Pelestarian Budaya

0
Menandai seserahan karya Saepul bahri yang diwakilkan oleh walikota mataram kepada gubernur terpilih/ist

Loading

 Silatnas Joglo untuk NTB: Silaturahmi, Pembangunan dan Pelestarian Budaya

SENIINDONESIA Silaturahmi Nasional (Silatnas) perdana yang diselenggarakan oleh komunitas Joglo untuk NTB menjadi momentum penting bagi diaspora Lombok yang pernah menempuh pendidikan di Yogyakarta untuk kembali berkontribusi bagi daerah asal. Joglo, yang merupakan akronim dari Jogja Lombok, bukan sekadar komunitas alumni mahasiswa Lombok yang pernah belajar di Yogyakarta, tetapi juga simbol pertemuan dua entitas budaya yang memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan dan intelektual. Dalam pertemuan ini, berbagai gagasan pembangunan dibahas, mulai dari ekonomi, sosial, hingga pelestarian seni dan budaya NTB. Acara berlangsung di kediaman mantan Gubernur NTB, Lalu Serinata, Sabtu (01/02/2025) di Mataram.

Namun, yang menarik dari diskusi dalam Silatnas ini adalah bagaimana seni dan kebudayaan diposisikan dalam narasi pembangunan NTB. Dalam banyak forum pembangunan daerah, sektor seni dan budaya seringkali ditempatkan di posisi sekunder setelah isu-isu seperti infrastruktur, investasi, atau pendidikan. Padahal, jika dipahami secara lebih strategis, budaya bukan hanya soal pelestarian, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial yang bisa dikapitalisasi secara berkelanjutan.

Seni dan Budaya, Identitas yang Berdaya Ekonomi

Diskusi dalam Silatnas ini menyentuh bagaimana seni dan budaya dapat menjadi aset yang lebih dari sekadar simbol kebanggaan lokal. Beberapa peserta menyoroti bahwa seni tradisional NTB, seperti Gendang Beleq, Sasando, dan Tari Gandrung, tidak hanya warisan yang harus dijaga, tetapi juga memiliki potensi ekonomi dalam industri kreatif dan pariwisata. Dengan pertumbuhan ekowisata dan minat terhadap pengalaman budaya autentik, seni tradisional bisa menjadi daya tarik yang lebih besar bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Namun, untuk menjadikan seni dan budaya sebagai pilar pembangunan, dibutuhkan lebih dari sekadar promosi. Diperlukan ekosistem yang mendukung, baik dari segi pelatihan bagi seniman, infrastruktur yang memadai, hingga kebijakan yang memberikan insentif bagi sektor ini. Jika seni dan budaya tetap ditempatkan sebagai elemen tambahan dalam diskusi pembangunan, maka upaya pelestariannya akan selalu tergantung pada anggaran dan kebijakan yang sering kali berubah-ubah.

Keterangan tidak tersedia.

Menandai seserahan karya Saepul bahri yang diwakilkan oleh walikota mataram kepada gubernur terpilih/ist

Joglo dan Peran Diaspora dalam Pelestarian Budaya

Komunitas Joglo untuk NTB memiliki potensi besar untuk menjadi katalis dalam menghubungkan para pelaku seni budaya dengan berbagai peluang baru. Sebagai alumni mahasiswa yang pernah merasakan atmosfer intelektual Yogyakarta, komunitas ini memiliki akses terhadap jaringan yang lebih luas, termasuk di sektor akademik, bisnis, dan media. Jika sinergi ini dapat diwujudkan dalam bentuk program nyata, seperti festival budaya, pameran seni, atau kolaborasi dengan pelaku ekonomi kreatif, maka seni dan budaya NTB dapat mendapatkan panggung yang lebih besar.

Lebih jauh, Joglo juga dapat berperan sebagai penghubung antara tradisi dan modernitas. Dengan latar belakang pendidikan yang lebih kosmopolitan, para alumni ini dapat membantu mentransformasikan seni tradisional agar lebih relevan dengan selera pasar tanpa harus kehilangan esensi budayanya. Misalnya, eksplorasi tari tradisional dalam bentuk pertunjukan teater modern, atau pengembangan motif tenun NTB ke dalam industri fashion yang lebih luas.

Keterangan tidak tersedia.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meski terdapat banyak peluang, ada beberapa tantangan besar yang harus dihadapi dalam upaya menjadikan seni dan budaya sebagai bagian integral dari pembangunan NTB. Salah satunya adalah minimnya dukungan kebijakan yang berkelanjutan. Selama ini, banyak inisiatif pelestarian budaya berjalan secara sporadis, bergantung pada proyek atau event tertentu tanpa adanya kesinambungan jangka panjang. Selain itu, ada juga tantangan dalam hal regenerasi seniman, di mana banyak anak muda NTB yang lebih tertarik pada sektor lain dibandingkan melanjutkan warisan seni dan budaya lokal.

Silatnas ini menjadi langkah awal yang baik, tetapi harus diikuti dengan komitmen nyata. Jika Joglo dapat menjadi forum yang terus aktif dalam memberikan gagasan dan dukungan bagi pembangunan NTB, termasuk dalam sektor seni dan budaya, maka inisiatif ini tidak hanya menjadi ajang nostalgia bagi para alumni, tetapi juga menjadi gerakan yang mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

Pada akhirnya, pembangunan yang ideal bukan hanya tentang infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga bagaimana suatu daerah mampu mempertahankan identitasnya di tengah modernisasi. Jika seni dan budaya ditempatkan sebagai aset strategis, bukan sekadar simbol romantisme masa lalu, maka NTB dapat berkembang tanpa kehilangan jati dirinya. (S/RE)

Sponsor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here