Home BERITA Apa yang bisa diajarkan To Kill a Mockingbird kepada orang tua?

Apa yang bisa diajarkan To Kill a Mockingbird kepada orang tua?

0
Sebuah adegan dari film To Kill a Mocking Bird.

oleh David G Allan

SENI.co.id – Novel To Kill a Mockingbird merupakan bahan bacaan wajib di kelas-kelas di Ameriksa Serikat karena karya yang memberi inspirasi dan ditulis dengan indah itu memberikan pelajaran mengenai keadilan, kesetaraan dan kewajiban sipil.

Namun sebelum anak-anak Anda membawa buku klasik ini ke rumah, seharusnya buku ini sudah ada di samping tempat tidur Anda, karena pada intinya, To Kill a Mockingbird adalah buku petunjuk mengenai bagaimana menjadi orang tua, yang diwarnai dengan momen-momen drama di ruang pengadilan.

Atticus Finch, seorang pengacara di sebuah kota kecil dan juga seorang duda, bisa dikatakan merupakan ayah terbaik di dalam karya-karya fiksi yang ada.

Atticus membesarkan putranya Jem yang berusia 10 tahun dan putrinya, Scout (enam tahun), dengan sikap yang tenang dan mudah didekati.

Untuk seorang pria dari bagian selatan Amerika di tahun 1930-an, Atticus memang tokoh yang progresif.

Ia tidak pernah memukul anaknya, tidak pernah berteriak memarahi dan memberikan jawaban yang jujur terhadap semua pertanyaan sulit yang dilontarkan anak-anaknya.

Dan yang paling penting, filsafatnya dalam membesarkan anak dan juga sebagai jalan cerita novel ini, Aticus menjadi contoh perilaku yang ingin dilihatnya pada anak-anaknya.

Sekarang ini ada begitu banyak buku tentang bagaimana membesarkan anak. Sebagai seorang bapak dari dua orang anak, saya sudah membaca cukup banyak untuk mengetahui memang ada buku tentang mendidik anak yang baik, ada yang biasa-biasa saja dan ada yang buruk.

Panduan cara mendidik anak ini biasanya berdasarkan pada pengalaman pribadi para penulis buku itu atau berdasarkan riset terbaru, tetapi tidak ada seorang pun yang mencoba melihat karya sastra sebagai sumber kebijaksanaan dalam menjadi orang tua.

Kisah klasik karangan Harper Lee ini memberikan lima pelajaran berharga yang disampaikan dalam narasi dengan daya mencengkeram tinggi, sehingga menjadikannya buku yang bagus dan bisa dinikmati.

to kill bookImage copyrightAP
Image captionBuku ini jadi bacaan wajib di kelas-kelas di Amerika Serikat.

Pelajaran 1: Praktikkan nilai-nilai Anda

Atticus hidup sesuai dengan pedoman etikanya: hati nurani harus menjadi pemandu. Itulah sebabnya ia bersedia menangani perkara yang menjadi inti novel ini: membela seorang pria berkulit hitam yang dituduh memperkosa seorang perempuan berkulit putih.

Scout memberi tahu Atticus bahwa sebagian besar orang di kota mereka mengatakan bahwa Atticus salah karena mau menjadi pembela terdakwa.

Tetapi Atticus menjelaskan bahwa “mereka berhak mempunyai pendapat mereka sendiri.

Tetapi sebelum saya bisa hidup dengan orang lain, saya harus bisa hidup dengan diri saya sendiri. Satu hal yang tidak mengikuti aturan mayoritas umumnya adalah hari nurani seseorang.”

Jika ia tidak mau menjadi pembela kasus itu, kata Atticus kepada Scout, “Saya tidak akan pernah bisa memintamu untuk mendengarkan saya lagi.”

Pelajaran 2: Mendengarkan cerita dari kedua belah pihak

Sebagai seorang pengacara, Atticus memang mencoba untuk melihat situasi apa pun dari kedua pihak.

Ketika Scout mendapat masalah pada hari pertamanya di sekolah karena sudah bisa membaca (berkat Atticus), Atticus menyarankan Scout untuk melihat hal itu dari sudut pandang guru dan melihat bagaimana hal itu dapat mengganggu pelajarannya.

Dalam momen yang lebih serius, ketika Atticus diancam oleh Bob Ewell, ayah perempuan yang disebut menjadi korban pemerkosaan, Atticus tidak bereaksi apa pun dan menunjukkan daya tahan emosi yang hanya dimiliki sedikit orang saja.

Belakangan, Atticus memberi tahu Jem putranya yang gusar, “Coba pikirkan jika kau menjadi Bob Well, apakah kau akan bisa tahan. Saya merusak kredibilitasnya di pengadilan, jika ia memang punya kredibilitas.

Ia harus bisa mengembalikan reputasinya, orang seperti dia selalu begitu … Untuk itu dia harus melampiaskan kemarahannya kepada seseorang dan saya lebih suka dia melampiaskannya kepada saya daripada kepada anak-anaknya.”

Putri saya terkadang marah kepada gurunya, adiknya, istri saya atau kepada saya, bahkan bisa beberapa kali dalam sehari.

Ketika saya dan putri saya membahas mengenai bagaimana perasaan orang lain, karena Atticus semakin banyak memberi saya inspirasi, bukan saja kami bisa menyelesaikan masalah, tetapi juga menumbuhkan lebih banyak perasaan empati.

Pelajaran 3: Tetap tenang dalam krisis

Mungkin yang paling membuat kita iri mengenai kemampuan mendidik Atticus (dan yang paling sulit dicapai dalam kenyataan) adalah kemampuan yang disebutkan oleh Scout -ketika ia sudah dewasa – sebagai “kemampuan yang tak ada habis-habisnya untuk menenangkan laut yang bergejolak”. Hampir tidak ada hal yang mampu membuat Atticus gusar.

harper leeImage copyright Getty
Harper Lee mengaku bahwa ayahnya sendiri yang menjadi inspirasi tokoh Atticus Finch.

Ketika Bob Ewell menyumpahinya, mengancamnya dan bahkan meludahi wajahnya, reaksi Atticus hanyalah “Saya hanya berharap Bob Ewell tidak mengunyah tembakau.”

Seorang anjing gila karena penyakit rabies jalan terhuyung-huyung ke dekat rumah mereka dan Atticus dengan tenang tetapi efisien menembak mati anjing itu (yang membuat anak-anaknya kagum karena Atticus tidak pernah membesar-besarkan kemampuannya dalam menembak).

Secara berulang kali dalam novel Atticus menenangkan anak-anaknya dalam keadaan yang sulit semacam itu bahwa “itu bukan waktunya untuk khawatir”. Dan, waktu untuk merasa panik dan khawatir kelihatannya tidak pernah muncul.

Pelajaran 4: Percayalah kepada anak-anak Anda

Salah satu tugas mendidik anak yang paling sulit adalah mengetahui kapan kita bisa memberi jawaban yang benar dan kapan kita harus mempercayai kemampuan mereka untuk menemukan jawaban sendiri. Jem dan Scout berada dalam usia yang baik untuk menguji hal ini dan Atticus mencoba mencari peluang bagi mereka untuk mempraktikkan penilaian mereka sendiri.

Atticus juga tidak ragu-ragu memberi mereka jawaban yang jujur.

“Jika seorang anak menanyakan sesuatu kepadamu, jawablah,” kata Atticus kepada adik lelakinya. “Anak-anak memang anak-anak, tetapi mereka akan bisa tahu bahwa kita mengelak memberi jawaban dengan lebih cepat daripada orang dewasa.”

Ketika Scout bertanya kepada Atticus apakah arti “pemerkosaan”, Atticus memberinya definisi hukum yang akurat dan Scout merasa puas.

Pelajaran 5: Kita tak perlu menjadi ‘sok jagoan’ untuk berani

Atticus menunjukkan hal ini dalam hal-hal kecil, misalnya kepada tetangganya, Nyonya Dubose, yang sering mengejek-ejek Jem dan Scout ketika mereka melewati rumahnya. “Jalan santai saja dengan percaya diri dan tetap sopan,”

Atticus menasihati Jem. “Apa pun yang dikatakannya kepadamu, kamu harus berusaha agar ia tidak membuatmu marah.”

Dan benar saja, Atticus berhasil ‘mengalahkan’ Nyonya Dubose dengan senyum dan pujian-pujiannya, sehingga membuat Scout heran, “dalam saat-saat seperti inilah saya merasa ayah saya, yang membenci senjata dan tidak pernah ikut perang apa pun, adalah orang paling berani yang ada di dunia ini.”

Bagi saya, memang seperti itulah Atticus Finch. Meskipun ia hanya tokoh fiktif, Harper Lee mengakui bahwa tokoh Atticus diilhami oleh ayahnya sendiri, AC Lee.

Di depan ruang pengadilan tua di Monroeville, Alabama, di tempat AC Lee pernah berpraktik sebagai pengacara, sebuah plakat dipasang dengan tulisan “ kepada Atticus Finch, pahlawan pengacara yang memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai seorang manusia, diperkuat oleh wawasan murni seorang anak.”

Dari semua pelajaran itu adalah sebuah pelajaran sederhana namun indah tentang filsafat mendidik anak yang diberikan seorang ayah yang sekaligus seorang pahlawan: Atticus Finch.

Pelajar itu adalah membimbing kemauan baik dan keluguan anak-anak melalui jalan berat menuju masa dewasa, dengan mengajarkan anak-anak untuk berbuat baik, berani, berdaya tahan, adil dan berkemampuan. Dengan itu, mudah-mudahan anak-anak pun pada gilirannya dapat mengajarkan sifat-sifat baik ini kepada anak-anak mereka.

Catatan Editor: Cerita ini pernah diterbitkan pada tahun 2014, tetapi diterbitkan lagi sebagai penghormatan terakhir bagi Harper Lee, yang meninggal dunia pada tanggal 19 Februari tahun ini pada usia 89 tahun.

Anda dapat membaca artikel dalam bahasa Inggris What To Kill a Mockingbird can Teach Parents dalam BBC Culture. sumber: bbc inndonesia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here