Home OPINI KRITIK Institut Longser Cimahi dalam Pakaian dan Kepalsuan

Institut Longser Cimahi dalam Pakaian dan Kepalsuan

0
Salah satu adegan Drama Pakaian dan Kepalsuan karya Bandoengmooi /Hermana HMT

SENI.CO.ID – Pakaian dan Kepalsuan karya Dramawan Rusia Averchenko disadur oleh Achdiat K. Mihardja kali ini diproduksi Institut Longser Cimahi. Pementasan ini cukup berhasil dan mmeberikan warna baru bagi CIMAHI. Dipentaskan pada 24 Juni 2019 lalu di Technopark Kota Cimahi. Inilah kisahnya.

Drama yang berkisah tentang fenomena sosial masyarakat yang masih konteks dengan realitas kehidupan masyarakat pada saat ini, yakni masyarakat ideal yang selalu melihat perspektif seseorang melalui pakaiannya tanpa tahu isi dalamnya. Perspektif seperti ini mempunyai implikasi lain terhadap masyarakat, yakni masyarakat yang paradoks. Paradoks yang dimaksud adalah, masyarakat yang mempunyai kecendrungan memberikan pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran.

Pakaian dan Kepalsuan yang mengalami situasi dilematis yakni sebuah konflik teologis dalam balutan problema kejiwaan. Pakaian dan Kepalsuan ini mengambil cerita dalam latar sosial kepadatan ibukota pada era reformasi. Pakaian Dan Kepalsuan mengajarkan nilai-nilai universal yang masih relevan hingga sekarang, yakni: bahwa di balik sebuah pakaian sesunguhnya manusia memiliki jiwa dan watak yang berbeda. Pakaian dan Kepalsuan sangat menarik terutama pesan-pesan dalam menghadapi fenomena masyarakat ibukota yang nota bene merupakan masyarakat indonesia pada umumnya.Pakaian dan Kepalsuan sarat dengan ketajaman filosofis yang menjadi kredo penulisnya dengan penuturan yang jauh dari kesan menggurui dan ‘menghakimi’.

Menengarai suatu kondisi di mana terdapat kelompok masyarakat yang punya jabatan tinggi. Monumental yang dimaksud adalah, dimana setiap individu menjalani kehidupan yang hanya sebatas perkataan tanpa bukti. Hipokrit, adalah istilah lain untuk menyebut orang-orang semacam ini, karena kemunafikan dapat menyelesaikan masalah dengan kemegahan dalam menjalani pekerjaan bagi individu-individu ini. Pakaian Dan Kepalsuan, sehingga konflik dalam lakon seolah menjadi potret Indonesia di hari ini yang sangat sensitif dengan permasalahan politik, meskipun dengan perspektif latar belakang ideologi yang berbeda.

Drama karya pengarang dengan nama panjang Arkady Timofeevich Averchenko ini menarik. Dalam teks Inggris The man with the green necktie. Averchenko lahir di Prague pada tahun 1881. Averchenko aktif sebagai penulis dan editor di sebuah jurnal bernama Satyricon. Sebuah majalah yang banyak mengkritisi praktik kotor para politikus semasa pra-revolusi (irony) dan pasca-revolusi (satire). Averchenko menulis banyak artikel dan sudah lebih dari 20 buku diterbitkan.

Pasca revolusi Bolshevik jurnal Satyricon mendeklarasikan anti-soviet. Seluruh staff termasuk Averchenko mengambil langkah oposan bagi struktur pemerintahan yang tengah dibangun. The man with the green necktie merupakan salah satu buah renungan Averchenko atas situasi saat itu.


Dalam drama ini Sutradara muda potensial ini M. Apandi, cukup berhasil mengemasnya. Pentas ini juga dipoles panggung oleh aristik dari Triyadi. Tanpa melupakan sang konsultan garapan drama ditangan piawai Hermana HMT maka lengkap sudah drama ini sebagai sajian yang enak. Tak lupa para pemain lakon seperti Hafidz, Jajang, John, Yopi, Ferly, Indah, Zahra, dan Fajar meski mereka awalnya juga tergabung di BandoengMooi Teater mereka menjadi bagian dari drama Pakaian dan Kepalsuan menajdi hidup di atas panggung.

AME/SENI.CO.ID

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here